Aku bilang pada si ibu, "Bu... tunggu ekonomi ibu mapan itu... butuh berapa lama ?" Si ibu bilang, "Kgak tahu, Suhu ! Sekarang aja kondisinya makin lama makin susah... "
Aku bilang lagi," Bu.... bagaimana kalo ekonomi ibu kgak mapan-mapan... berarti ibu kgak bisa bikin altar dong ?" "Iya, suhu !"
"Bu... daripada nunggu ekonomi mapan terus ibu bikin altar di rumah... kalo ibu mau sembahyang yang ada rupangnya.... lebih baik ibu pergi aja ke vihara. Kan sekarang vihara ada di mana-mana."
Aku lanjut lagi, "Bu... lebih baik ibu bikin altar di dalam hati ibu sendiri, kgak perlu nunggu ekonomi mapan. Gimana caranya ? Ibu bikinlah vihara dalam hati ibu dari sekarang. Viharanya bukan yang terbuat dari semen, batu dan pasir... tapi vihara yang terbuat dari Maitri, Karuna, Mudita dan Upeksha; dari cinta kasih ibu yang tiada batasnya, dari belas kasih ibu yang tiada batasnya, simpati pada makhluk lain, dan keseimbangan bathin yang luar biasa. Saya jamin... setelah ibu memiliki altar ini... ibu akan memperoleh ketenangan waktu sembahyang, baca paritta dan waktu meditasi. Ibu pasti akan memiliki kedamaian."
"Coba deh ibu renungkan lagi kata-kata saya. Ibu harus bisa menjadikan diri sendiri.. sebagai pulau untuk mencari kebahagiaan ibu sendiri. Ya, Bu ya ?"
1 comment:
Suhu,
Wat a nice share. Ini hal2 umum yg biasa ditemukan dalam kehidupan sehari2. Mungkin harapan dengan ada nya altar tersebut supaya para Budha, Bodhisatva ada di altar rumah kita shg dapat melindungi kita. Karena jika ingin sembahyang, meditasi yg tenang itu muncul dr hati kita sendiri. Ada altar di rumah blom tentu dapat membuat diri kita dalam melakukan puja kepada para BUdha dapat lebih tenang, konsentrasi, dll.
So mari kita bangun vihara di dalam hati kita. Sehingga kita pun dapat menjadi pelita bagi sesama kita & dapat merasakan cinta kasih Budha lewat diri kita.
May you always be happy!! Sadhu..sadhu
Post a Comment